Rabu, 29 Oktober 2014

KETIDAKSEMPURNAAN MANUSIA MENJADI MOTIVASI DIRI UNTUK MAJU

SEMPURNA..

Kadang kita memahami ketidak sempurnaan manusia

karena memang sudah kodratnya bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan ketidaksempurnaan

agar manusia punya rasa yang kuat untuk memaksimalkan potensi dirinya

Namun...walau bagaimanapun..ketidaksempurnaan itu selalu ada

selalu mengiringi proses perjuangan kita....

Apakah kita harus berhenti dengan ketidaksempurnaan itu dan menyerah karena prinsipnya manusia itu tidak ada yang sempurna?

Apakah kita selalu menerima ketidaksempurnaan kita dengan berdalih itu sudah takdir dan kodratnya?

dan apakah kita harus menyerah dengan segala ketidaksempurnaan yang kita miliki?

SEMPURNA

Bukan berarti kita melawan kodrat....dan bukan juga kita menyerah dan menerima ketidaksempurnaan itu tanpa ada usaha sedikitpun..

BERUSAHA

Itu kunci dari proses mencapai kesempurnaan.....

Berusaha terlebih dahulu.....lalui proses perjuangan dan pengorbanan...

lewati rintangan dan masalah

Dan.....kita akan mendekati KESEMPURNAAN

Mendekati kesempurnaan sudah merupakan hasil yang maksimal

dan hasil dari usaha telah kita nikmati dari jalanya suatu proses pencapaian tujuan.

" berbekal dari ketidaksempurnaan yang dimiliki manusia....menciptakan motivasi untuk melakukan usaha...dan akan mendapatkan hasil yang maksimal dari proses perjuangan dan pengorbanan.
"

Selasa, 28 Oktober 2014

BUDAYA SEKOLAH SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK Oleh : Heriyanti, M.Pd Pada Kegiatan Seminar dalam rangka Milad SMA Muhammadiyah 2 Ke-25, Tanggal 28 Oktober 2014

A. Pendahuluan
Sekolah belum berhasil membina peserta didik menjadi lulusan yang bermoral. Sisi afektif peserta didik teramat lemah bahkan cenderung mengkhawatirkan pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat. Padahal tujuan utama orang tua menyekolahkan anak adalah agar mereka kelak menjadi pribadi yang berakhlak, disamping berilmu dan terampil. Sikap menyimpang peserta didik masih sering terjadi, seperti tawuran/kekerasan, memakai narkoba, seks bebas, membolos, tidak mengerjakan PR, dan seterusnya. Sikap-sikap tersebut bertentangan dengan tujuan pendidikan. Sekolah pun dianggap gagal sebagai institusi pendidikan yang bertujuan mencerdaskan, menerampilkan, dan mengembangkan segi afektif dan moral siswa.
Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan dalam proses pendidikan melalui budaya sekolah yang dapat membentuk karakter kepribadian siswa sesuai dengan tujuan pendidikan.
B. Pembahasan
Jejen Mushfah dalam http://www.academia.edu/4105186/Budaya_Sekolah, mengartikan budaya sekolah adalah pengetahuan dan hasil karya cipta komunitas sekolah yang berusaha ditransformasikan kepada peserta didik, dan dijadikan pedoman dalam setiap tindakan komunitas sekolah. Pengetahuan dimaksud mewujud dalam sikap dan perilaku nyata komunitas sekolah, sehingga menciptakan warna kehidupan sekolah yang bisa dijadikan cermin bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya. Contoh sederhananya adalah kebiasaan siswa mencium tangan guru dan rutinitas senam/olah raga pada Jumat di sekolah.
Budaya sekolah yang diciptakan sekolah tidak terlepas dari semua pihak yang ada di sekolah. Semua pihak berperan penting dalam keberhasilan pelaksanaan budaya sekolah. Baik itu sumber daya manusianya maupun lingkungan sekolahnya. Untuk itu, diupayakan agar terwujudnya kerjasama antar semua pihak demi terlaksananya dan tercapainya tujuan budaya sekolah.
Tujuan utama budaya sekolah adalah mewujudkan visi sekolah, dimana visi SMA Muhammadiyah 2 Pontianak adalah Unggul dalam prestasi, disiplin, berakhlak dan mandiri. Agar terlaksananya budaya sekolah dalam rangka mencapai visi sekolah, kompetensi siswa menjadi acuan dasar dalam pencapaian tujuan, yaitu menjadikan siswa yang memiliki kemampuan sebagai hasil dari proses belajar.
1. Kompetensi Siswa
Melalui belajar di sekolah dengan dibantu guru peserta didik dapat memiliki banyak kompetensi. Kompetensi siswa adalah kemampuan siswa sebagai hasil belajar. Kompetensi membuat seseorang secara tidak langsung percaya diri, kuat, dan memperoleh kehidupan yang layak. Macam-macam kompetensi siswa adalah:
a. Pribadi mandiri
b. Mampu bekerja
c. Berkepribadian matang dan baik
Belajar memiliki lima dimensi sebagaimana dikatakan Marzano (1988: 16),
a. dimensi sikap-sikap dan persepsi-persepsi positif terhadap belajar
b. dimensi penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan
c. dimensi perluasan dan penghalusan pengetahuan
d. dimensi penggunaan pengetahuan secara bermakna
e. dimensi kebiasaan-kebiasaan berpikir produktif
Beracuan pada kompetensi siswa, budaya sekolah menjadi media dalam proses belajar guna menjadikan siswa yang berkompetensi seperti yang diuraikan di atas.
Makin kuat pemahaman, keyakinan, dan kepatuhan warga terhadap norma dan nilai-nilai sekolahnya, makin tinggi kebanggaan terhadap sekolahnya. Rasa persatuannya makin menguatkan motif berprestasi dan daya belajarnya. Ini adalah prinsip pengembangan budaya sekolah.
2. Fungsi Budaya Sekolah
Robbins (1990: 253) mencatat lima fungsi budaya organisasi, yaitu:
a. Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya,
b. Meningkatkan sense of identity anggota,
c. Meningkatkan komitmen bersama,
d. Menciptakan stabilitas sistem sosial,
e. Mekanisme pengendalian yang terpadu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Budaya organisasi yang diuraikan di atas lebih khusus dipahami sebagai fungsi budaya sekolah, karena sekolah juga merupakan organisasi. Selain dari lima fungsi di atas, budaya sekolah juga berfungsi untuk :
a. Memberikan petunjuk kepada anggota bagaimana bersikap dan berperilaku.
b. Menguji kemampuan pemimpin.
c. Meningkatkan daya saing organisasi.
d. Memberikan arah atau tujuan organisasi.
Manfaat budaya sekolah sangat banyak dan dapat berdampak baik terhadap perilaku siswa dan citra sekolah. Apabila budaya sekolah telah berhasil diakukan dan benar-benar menjadi sebuah keharusan, maka peraturan yang ada di sekolah tentunya dapat berjalan beriringan dengan budaya sekolah serta adanya kesadaran personal maupun kelompok dalam menerapkan budaya dan aturan sekolah dengan baik. Program pengembangan diri siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler terprogram, muzakaroh, muhadaroh, hizbul watan, dapat membentuk kepribadian siswa yang bersifat agamis dan disiplin.