Minggu, 28 Maret 2010

ALAT UNGKAP MASALAH

DAFTAR MASALAH
001. Badan terlalu kurus, atau terlalu gemuk
002. Warna kulit kurang memuaskan
003. Berat badan terus berkurang, atau bertambah.
004. Badan terlalu pendek, atau terlalu gemuk.
005. Secara jasmaniah kurang menarik.
006. Belum mampu memikirkan dan memilih pekerjaan yang akan dijabat nantinya.
007. Belum mengetahui bakat diri sendiri untuk jabatan/pekerjaan apa.
008. Kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang lapangan pekerjaan dan seluk
beluk jenis-jenis pekerjaan.
009. Ingin memperoleh bantuan dalam mendapatkan pekerjaan sambilan untuk melatih
diri bekerja sambil sekolah.
010. Khawatir akan pekerjaan yang dijabatnya nanti; jangan-jangan memberikan
penghasilan yang tidak mencukupi.
011. Terpaksa atau ragu-ragu memasuki sekolah ini.
012. Meragukan kemanfaatan memasuki sekolah ini.
013. Sukar menyesuaikan diri dengan keadaan sekolah.
014. Kurang meminati pelajaran atau jurusan atau program yang diikuti.
015. Khawatir tidak dapat menamatkan sekolah pada waktu yang direncanakan.
016. Fungsi dan/atau kondisi kesehatan mata kurang baik.
017. Mengalami gangguan tertentui karena cacat jasmani.
018. Fungsi dan/atau kondisi kesehatan hidung kurang baik.
019. Kondisi kesehatan kulit sering terganggu.
020. Gangguan pada gigi.
021. Ragu akan kemampuan saya untuk sukses dalam bekerja.
022. Belum mampu merencanakan masa depan.
023. Takut akan bayangan masa depan.
024. Mengalami masalah karena membanding-bandingkan pekerjaan yang layak atau
tidak layak untuk dijabat.
025. Khawatir diperlakukan secara tidak wajar atau tidak adil dalam mencari
dan/atau melamar pekerjaaan.
026. Sering tidak masuk sekolah.
027. Tugas-tugas pelajaran tidak selesai pada waktunya.
028. Sukar memahami penjelasan guru sewaktu pelajaran berlangsung.
029. Mengalami kesulitan dalam membuat catatan pelajaran.
030. Terpaksa mengikuti mata pelajaran yang tidak disukai.
031. Fungsi dan/atau kondisi kerongkongan kurang baik atau sering
terganggu,misalnya serak.
032. Gagap dalam berbicara.
033. Fungsi dan/atau kondisi kesehatan telinga kurang baik.
034. Kurang mampu berolahraga karena kondisi jasmani yang kurang baik.
035. Gangguan pada pencernaan makanan.
036. Kurang yakin terhadap kamampuan pendidikan sekarang ini dalam menyiapkan
jabatan tertentu nantinya.
037. Ragu tentang kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang
diikuti sekarang ini.
038. Ingin mengikuti kegiatan pelajaran dan/atau latihan khusus tertentu yang
benar-benar menunjang proses mencari dan melamar pekerjaan setamat
pendidikan ini.
039. Cemas kalau menjadi penganggur setamat pendidikan ini.
040. Ragu apakah setamat pendidikan ini dapat bekerja secara mandiri.
041. Gelisah dan/atau melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu pelajaran
berlangsung, misalnya membuat coret-coretan dalam buku,cenderung mengganggu
teman.
042. Sering malas belajar.
043. Kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
044. Khawatir tugas-tugas pelajaran hasilnya kurang memuaskan atau rendah.
045. Mengalami masalah kerena kemajuan atau hasil belajar hanya diberitahukan
pada akhir catur wulan.
046. Sering pusing dan/atau mudah sakit.
047. Mengalami gangguan setiap datang bulan.
048. Secara umum merasa tidak sehat.
049. Khawatir mengidap penyakit turunan.
050. Selera makan sering terganggu.
051. Hasil belajar atau nilai-nilai kurang memuaskan.
052. Mengalami masalah dalam belajar kelompok.
053. Kurang berminat dan/atau kurang mampu mempelajari buku pelajaran.
054. Takut dan/atau kurang mampu berbicara di dalam kelas dan/atau di luar kelas.
055. Mengalami kesulitan dalam ejaan, tata bahasa dan/atau perbendaharaan kata
dalam Bahasa Indonesia.
056. Mengalami masalah dalam menjawab pertanyaan ujian.
057. Tidak mengetahui dan/atau tidak mampu menerapkan cara-cara belajar yang baik.
058. Kekurangan waktu untuk belajar.
059. Mengalami masalah dalam menyusun makalah, laporan atau karya tulis lainnya.
060. Sukar mendapatkan buku pelajaran yang diperlukan.
061. Mengidap penyakit kambuhan.
062. Alergi terhadap makanan atau keadaan tertentu.
063. Kurang atau susah tidur.
064. Mengalami gangguan akibat merokok atau minuman atau obat-obatan.
065. Khawatir tertular penyakit yang diderita orang lain.
066. Mengalami kesulitan dalam pemahaman dan penggunaan istilah dan/atau Bahasa
Inggris dan/atau bahasa asing lainnya.
067. Kesulitan dalam membaca cepat dan/atau memahami isi buku pelajaran.
068. Takut menghadapi ulangan/ujian.
069. Khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian ataupun tugas-tugas.
070. Kesulitan dalam mengingat materi pelajaran.
071. Seringkali tidak siap menghadapi ujian.
072. Sarana belajar di sekolah kurang memadai.
073. Orang tua kurang peduli dan/atau kurang membantu kegiatan belajar di sekolah
dan/atau dirumah.
074. Anggota keluarga kurang peduli dan/atau kurang membantu kegiatan belajar di
sekolah dan/atau dirumah.
075. Sarana belajar dirumah kurang memadai.
076. Sering mimpi buruk.
077. Cemas atau khawatir tentang sesuatu yang belum pasti.
078. Mudah lupa.
079. Sering melamun atau berkhayal.
080. Ceroboh atau kurang hati-hati.
081. Cara guru menyajikan pelajaran terlalu kaku dan/atau membosankan.
082. Guru kurang bersahabat dan/atau membimbing siswa.
083. Mengalami masalah karena disiplin yang diterapkan oleh guru.
084. Dirugikan karena dalam menilai kemajuan atau keberhasilan siswa guru kurang
objektif.
085. Guru kurang memberikan tanggung jawab kepada siswa.
086. Guru kurang adil atau pilih kasih.
087. Ingin dekat dengan guru.
088. Guru kurang memperhatikan kebutuhan dan/atau keadaan siswa.
089. Mendapat perhatian khusus dari guru tertentu.
090. Dalam memberikan pelajaran dan/atau berhubungan dengan siswa sikap
dan/atau tindakan guru sering berubah-ubah sehingga membingungkan siswa.
091. Sering murung dan/atau merasa tidak bahagia.
092. Mengalami kerugian atau kesulitan karena terlampau hati-hati.
093. Kurang serius menghadapi sesuatu yang penting.
094. Merasa hidup ini kurang berarti.
095. Sering gagal dan/atau mudah patah semangat.
096. Khawatir akan dipaksa melanjutkan pelajaran setamat sekolah ini.
097. Kekurangan informasi tentang pendidikan lanjutan yang dapat dimasuki setamat
sekolah ini.
098. Ragu tentang kemanfaatan pendidikan lanjutan setamat sekolah ini.
099. Khawatir tidak mampu melanjutkan pelajaran setamat dari sekolah ini
dan/atau terlalu memikirkan pendidikan lanjutan setamat sekolah ini.
100. Ragu apakah sekolah sekarang ini mampu memberikan modal yang kuat bagi para
siswanya untuk menempuh pendidikan yang lebih lanjut.
101. Khawatir tidak tersedia biaya untuk melanjutkan pekerjaan setamat sekolah
ini.
102. Tidak dapat mengambil keputusan tentang apakah akan mencari pekerjaan atau
melanjutkan pelajaran setamat sekolah ini.
103. Khawatir tuntutan dan proses pendidikan lanjutan setamat sekolah ini sangat
berat.
104. Terdapat pertentangan pendapat dengan orang tua dan/atau anggota keluarga
lain tentang rencana melanjutkan pelajaran setamat sekolah ini.
105. Khawatir tidak mampu bersaing dalam upaya memasuki pendidikan lanjutan
setamat sekolah ini.
106. Mudah gentar atau khawatir dalam menghadapi dan/atau mengemukakan sesuatu.
107. Penakut, pemalu, dan/atau mudah menjadi bingung.
108. Keras kepala atau sukar mengubah pendapat sendiri meskipun kata orang lain
pendapat itu salah.
109. Takut mencoba sesuatu yang baru.
110. Mudah marah atau tidak mampu mengendalikan diri.
111. Mengalami masalah untuk pergi ke tempat peribadatan.
112. Mempunyai pandangan dan/atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah agama.
113. Tidak mampu melaksanakan tuntutan keagamaan dan/atau khawatir tidak mampu
menghindari larangan yang ditentukan oleh agama.
114. Kurang menyukai pembicaraan tentang agama.
115. Ragu dan ingin memperoleh penjelasan lebih banyak tentang kaidah-kaidah
agama.
116. Mengalami kesulitan dalam mendalami agama.
117. Tidak memiliki kecakapan dan/atau sarana untuk melaksanakan ibadah agama.
118. Mengalami masalah karena membandingkan agama yang satu dengan yang lainnya.
119. Bermasalah karena anggota keluarga tidak seagama.
120. Belum menjalankan ibadah agama sebagaimana diharapkan.
121. Merasa kesepian dan/atau takut ditinggal sendiri.
122. Sering bertingkah laku, bertindak, atau bersikap kekanak-kanakan.
123. Rendah diri atau kurang percaya diri.
124. Kurang terbuka terhadap orang lain.
125. Sering membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
126. Berkata dusta dan/atau berbuat tidak jujur untuk tujuan-tujuan tertentu,
seperti membohongi teman,berlaku curang dalam ujian.
127. Kurang mengetahui hal-hal yang menurut orang lain dianggap baik atau
buruk,benar atau salah.
128. Tidak dapat mengambil keputusan tentang sesuatu karena kurang memahami
baik-buruknya atau benar-salahnya sesuatu itu.
129. Merasa terganggu oleh kesalahan atau keburukan orang lain.
130. Tidak mengetahui cara-cara yang tepat untuk mengatakan kepada orang lain
tentang sesuatu yang baik atau buruk,benar atau salah.
131. Khawatir atau merasa ketakutan akan akibat perbuatan melanggar kaidah-kaidah
agama.
132. Kurang menyukai pembicaraan yang dilontarkan di tempat peribadatan.
133. Kurang taat dan/atau kurang khusyuk dalam menjalankan ibadah agama.
134. Mengalami masalah karena memiliki pandangan dan/atau sikap keagamaan yang
cenderung fanatik atau berprasangka.
135. Meragukan manfaat ibadah dan/atau upacara keagamaan.
136. Tidak menyukai atau tidak disukai seseorang.
137. Merasa diperhatikan, dibicarakan atau diperolokkan orang lain.
138. Mengalami masalah karena ingin lebih terkenal atau lebih menarik atau lebih
menyenangkan bagi orang lain.
139. Mempunyai kawan yang kurang disukai orang lain.
140. Tidak mempunyai kawan akrab, hubungan sosial terbatas atau terisolir.
141. Merasa terganggu karena melakukan sesuatu yang menjadikan orang lain tidak
senang.
142. Terlanjur berbicara, bertindak atau bersikap yang tidak layak kepada orang
tua dan/atau orang lain.
143. Sering ditegur karena dianggap melakukan kesalahan, pelanggaran atau sesuatu
yang tidak layak.
144. Mengalami masalah karena berbohong atau berkata tidak layak meskipun
sebenarnya dengan maksud sekedar berolok-olok atau menimbulkan suasana
gembira.
145. Tidak melakukan sesuatu yang sesungguhnya perlu dilakukan.
146. Takut dipersalahkan karena melanggar adat.
147. Mengalami masalah karena memiliki kebiasaan yang berbeda dari orang lain.
148. Terlanjur melakukan sesuatu perbuatan yang salah, atau melanggar nilai-nilai
moral atau adat.
149. Merasa bersalah karena terpaksa mengingkari janji.
150. Mengalami persoalan karena berbeda pendapat tentang suatu aturan dalam adat.
151. Kurang perduli terhadap orang lain.
152. Rapuh dalam berteman.
153. Merasa tudak dianggap penting, diremehkan atau dikecam oleh orang lain.
154. Mengalami masalah dengan orang lain karena kurang perduli terhadap diri
sendiri.
155. Canggung dan/atau tidak lancar berkomunikasi dengan orang lain.
156. Membutuhkan keterangan tentang persoalan seks, pacaran dan/atau perkawinan.
157. Mengalami masalah karena malu dan kurang terbuka dalam membicarakan soal
seks, pacar dan/atau jodoh.
158. Khawatir tidak mendapatkan pacar atau jodoh yang baik/cocok.
159. Terlalu memikirkan tentang seks, percintaan, pacaran atau perkawinan.
160. Mengalami masalah karena dilarang atau merasa tidak patut berpacaran.
161. Bermasalah karena kedua orang tua hidup berpisah atau bercerai.
162. Mengalami masalah karena ayah dan/atau ibu kandung telah meninggal.
163. Mengkhawatirkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
164. Mengalami masalah karena keadaan dan perlengkapan tempat tinggal dan/atau
rumah orang tua kurang memadai.
165. Mengkhawatirkan kondisi orang tua yang bekerja terlalu berat.
166. Tidak lincah dan kurang mengetahui tentang tata krama pergaulan.
167. Kurang pandai memimpin dan/atau mudah dipengaruhi orang lain.
168. Sering membantah atau tidak menyukai sesuatu yang dikatakan/dirasakan orang
lain atau dikatakan sombong.
169. Mudah tersinggung atau sakit hati dalam berhubungan dengan orang lain.
170. Lambat menjalin persahabatan.
171. Kurang mendapat perhatian dari jenis kelamin lain atau pacar.
172. Mengalami masalah karena ingin mempunyai pacar.
173. Canggung dalam menghadapi jenis kelamin lain atau pacar.
174. Sukar mengendalikan dorongan seksual.
175. Mengalami masalah dalam memilih teman akrab dari jenis kelamin lain atau
pacar.
176. Keluarga mengeluh tentang keadaan keuangan.
177. Mengkhawatirkan keadaan orang tua yang bertempat tinggal jauh.
178. Bermasalah karena ibu atau bapak akan kawin lagi.
179. Khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan orang tua atau anggota
keluarga lain.
180. Membayangkan dan berpikir-pikir seandainya menjadi anak dari keluarga lain.
181. Mengalami masalah karena kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan
sangat tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan
pekerjaan.
182. Khawatir tidak mampu menamatkan sekolah ini atau putus sekolah dan harus
segera bekerja.
183. Mengalami masalah karena terlalu berhemat dan/atau ingin menabung.
184. Kekurangan dalam keuangan menyebabkan dalam pengembangan diri terhambat.
185. Untuk memenuhi keuangan terpaksa sekolah sambil bekerja.
186. Mengalami masalah karena takut atau sudah terlalu jauh berhubungan dengan
jenis kelamin lain atau pacar.
187. Bertepuk sebelah tangan dengan kawan akrab atau pacar.
188. Takut ditinggalkan pacar atau patah hati, cemburu atau cinta segitiga.
189. Khawatir akan dipaksa kawin.
190. Mengalami masalah karena sering dan mudah jatuh cinta dan/atau rindu kepada
pacar.
191. Kurang mendapat perhatian dan pengertian dari orang tua dan/atau anggota
keluarga.
192. Mengalami kesulitan dengan bapak atau ibu tiri.
193. Diperlakukan tidak adil oleh orang tua atau oleh anggota keluarga lainnya.
194. Khawatir akan terjadinya pertentangan atau percekcokan dalam keluarga.
195. Hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga kurang hangat, kurang
harmonis dan/atau kurang menggembirakan.
196. Mengalami masalah karena ingin berpenghasilan sendiri.
197. Berhutang yang cukup memberatkan.
198. Besarnya uang yang diperoleh dan sumber-sumbernya tidak menentu.
199. Khawatir akan kondisi keuangan orang tua atau orang yang menjadi sumber
keuangan; jangan-jangan harus menjual atau menggadaikan harta keluarga.
200. Mengalami masalah karena keuangan dikendalikan oleh orang lain.
201. Kekurangan waktu senggang, seprti waktu istirahat, waktu luang d sekolah
ataupun dirumah, waktu libur untuk bersikap santai dan/atau melakukan
kegiatan yang menyenangkan atau rekreasi.
202. Tidak diperkenankan atau kurang bebas dalam menggunakan waktu senggang yang
tersedia untuk kegiatan yang disukai/diingini.
203. Mengalami masalah untuk mengikutikegiatan acara-acara gembira dan santai
bersama kawan-kawan.
204. Tidak mempunyai kawan akrab untuk bersama-sama mengisi waktu senggang.
205. Mengalami masalah karena memikirkan atau membayangkan kesempatan waktu
berlibur ditempat yang jauh, indah, tenang dan menyenangkan.
206. Mengalami masalah karena menjadi anak tunggal, anak sulung, anak bungsu,
satu-satunya anak laki-laki atau satu-satunya anak perempuan.
207. Hubungan kurang harmonis dengan kakak atau adik atau dengan anggota keluarga
lainnya.
208. Orang tua atau keluarga anggota lainnya terlalu berkuasa atau kurang memberi
kebebasan.
209. Dicurigai oleh orang tua atau anggota keluarga lain.
210. Bermasalah karena dirumah orang tua tinggal orang atau anggota keluarga lain.
211. Mengalami masalah karena membanding-bandingkan kondisi keuangan sendiri
dengan kondisi keuangan orang lain.
212. Kesulitan dalam mendapatkan penghasilan sendiri sambil sekolah.
213. Mempertanyakan kemungkinan memperoleh beasiswa atau dana bantuan belajar
lainnya.
214. Orang lain menganggap pelit dan/atau tidak mau membantu kawan yang sedang
mengalami kesulitan keuangan.
215. Terpaksa berbagi pengeluaran keuangan dengan kakak atau adik atau anggota
keluarga lain yang sama-sama membutuhkan biaya.
216. Tidak mengetahui cara menggunakan waktu senggang yang ada.
217. Kekurangan sarana, seperti biaya, kendaraan, televisi, buku-buku bacaan, dan
lain-lain untuk memanfaatkan waktu senggang.
218. Mengalami masalah karena cara melaksanakan kegiatan atau acara yang kurang
tepat dalam menggunakan waktu senggang.
219. Mengalami masalah dalam menggunakan waktu senggang karena tidak memiliki
keterampilan tertentu, seperti bermain musik, olah raga, menari dan
sebagainya.
220. Kurang berminat atau tidak ada hal yang menarik dalam memanfaatkan waktu
senggang yang tersedia.
221. Tinggal di lingkungan keluarga atau tetangga yang kurang menyenangkan.
222. Tidak sependapat dengan orang tua atau anggota keluarga tentang sesuatu yang
direncanakan.
223. Orang tua kurang senang kawan-kawan datang ke rumah.
224. Mengalami masalah karena rindu dan ingin bertemu dengan orang tua dan/atau
anggota keluarga lainnya.
225. Tidak betah dan ingin meninggalkan rumah karena keadaannya sangat tidak
menyenangkan.


LEMBAR JAWABAN
ALAT UNGKAP MASALAH SMA

Nama : …………….………..…………………………………
Jenis Kelamin : …………….………..…………………………………
No. Induk : …………….………..…………………………………
Kelas : …………….………..…………………………………
Tanggal Pengisian : …………….………..…………………………………


Langkah Pertama :

Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan permasalahan di atas dan tandailah masalah yang menjadi keluhan dan mengganggu Anda pada saat sekarang, dengan cara meyilangi (X) nomor masalah yang sesuai, pada lembar jawaban ini:

JDK 001 002 003 004 005 KDP 006 007 008 009 010 PDP 011 012 013 014 015
016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030
031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045

046 047 048 049 050 051 052 053 054 055 056 057 058 059 060
061 062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075

DPI 076 077 078 079 080 081 082 083 084 085 086 087 088 089 090
091 092 093 094 095 096 097 098 099 100 101 102 103 104 105

106 107 108 109 110 ANM 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135

HSO 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150

151 152 153 154 155 HMM 156 157 158 159 160 KHK 161 162 163 164 165
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180

EDK 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195

196 197 198 199 200 WSG 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210
211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225




Langkah Kedua :

Perhatikan dan baca kembali jawaban yang telah Anda isi, kemudian pilih masalah-masalah yang menurut Anda dirasakan paling mengganggu dengan cara memasukkan nomor masalah pada kolom berikut ini :

Nomor – nomor masalah yang dirasakan paling menggangu




Langkah Ketiga :

1. Apakah sudah menggambarkan seluruh masalah Anda?


Ya Tidak



2. Masalah lain yang Anda hadapi?



------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------



3. Apakah Anda ingin konsultasi?

Ya Tidak



Jika “ Ya”, kepada siapa Anda ingin berkonsultasi?

a. Guru Bimbingan dan Konseling
b. Orang tua
c. Teman
d. …………………………..

Senin, 08 Maret 2010

PERANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM UJIAN NASIONAL

Bimbingan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan perencanaan karir.


Pelayanan bimbingan konseling di atas dilaksanakan oleh guru pembimbing di sekolah dengan aturan-aturan yang jelas dalam petunjuk pelaksanaan BK. Sebelum kegiatan BK terlaksana, pembimbing harus membuat program yang sesuai dengan kondisi sekolah. Kemudian program tersebut dilaksanakan dan pada akhirnya dievaluasi kegiatan-kegiatannya yang kemudian dilaporkan pada kepala sekolah.


Bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa di sekolah tidak hanya kepada mereka yang bermasalah saja, tetapi juga diberikan kepada semua siswa. Baik itu yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah.
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.



Dengan Misi Bimbingan Konseling, yaitu memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi di bidang akademik, pribadi, social, karir berlandaskan pada tata kehidupan etis normative dan ketakwaan kepada Tuhan YME, Maka sudah selayaknyalah Guru pembimbing merasa bertanggung jawab terhadap siswa yang akan mengikuti Ujian, dan ikut berperan aktif memberikan layanan khusus kepada mereka.


Bila ada pertanyaan “Berperankah Bimbingan Konseling dalam UN ?”, Maka ada berbagai macam jawaban yang terlempar sesuai dengan persi mereka masing-masing. Ada yang menjawab tidak berperan, Mungkin berperan dan ada juga yang menjawab sangat berperan. Jawaban yang berbeda-beda tersebut dilatar belakangi oleh sudut pandang yang berbeda juga. Mereka yang menjawab tidak berperan, karena mereka tidak tahu dan tidak pernah melihat pekerjaan seorang guru Pembimbing. Mereka yang menjawab mungkin berperan, tahu dengan pekerjaan BK tapi belum pernah melihat akifitas BK di lingkungannya (sekolahnya). Adapun orang yang menjawab sangat berperan adalah mereka yang tahu akan fungsi BK dan melihat program dan kegiatan BK yang berjalan dengan baik dan aktif.


Dari pendapat yang berbeda di atas, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak, atau mencari siapa yang salah. Namun yang kita lakukan adalah bagaimana agar pandangan yang berbeda tadi menjadi satu pandangan.
Yang kita harapkan adalah pandangan masyarakat trerhadap Bimbingan Konseling adalah Bimbingan Konseling sangat berperan aktif dalam pelaksanaan UN.

Sebab kembali lagi pada Misi Bimbingan Konseling dan Pengertian Bimbingan Konseling di atas. Guru Pembimbing wajib berperan aktif dalam pelaksanaan UN.


Berperan aktif disini bukan berarti guru pembimbing harus menjadi panitia UN, harus membuat soal atau harus memeriksa hasil UN. Berperan aktif disini artinya guru pembimbing berperan sesuai dengan porsinya sebagai seorang guru pembimbing yang memberikan layanan. Misalnya Memberikan layanan informasi tentang cara belajar yang efektif dan efesien, Persiapan yang harus dilakukan siswa sebelum ujian, Syarat-syarat kelulusan, Cara yang baik untuk menghilangkan stress, Cara Belajar kelompok , dan sebagainya. Selain itu juga guru pembimbing memberikan layanan konseling individu pada siswa yang nampaknya punya masalah dalam belajar, atau siswa yang punya masalah pribadi,dengan tujuan agar mereka ketika menghadapi ujian tetap konsentrasi pada pelaksanaan UN/Ujian sekolah.


Selain dari kegiatan-kegiatan di atas, masih banyak lagi yang harus guru pembimbing lakukan untuk mereka. Dengan melaksanakan Pola !7, Guru pembimbing akan tampak berperan aktif dalam peningkatan motifasi dan konsentrasi siswa.


Keberhasilan UN sesuai dengan harapan memang tidak terlepas dari usaha dan kerja keras guru mata pelajaran. Mereka berusaha untuk memberikan materi dan latihan serta Bimbingan belajar hingga sore hari. Mereka selalu meberikan motifasi juga pada siswa, tapi jika hal ini tidak didampingi dengan aktifitas bimbingan konseling, maka harapan mungkin agak sulit untuk didapat. Karena guru yang memberikan materi di kelas punya beban dan tanggung jawab terhadap materi mereka. Waktu dikelas terbatas. Walaupun ada dari guru mata pelajaran yang memberikan motifasi atau cara belajar yang baik, namun tidak seluas atau sedalam guru pembimbing berikan. Hal ini di sebabkan guru pembimbing punya waktu dan beban tanggung jawab yang sesuai dengan tugasnya.


Ada pendapat guru pembimbing yang menyatakan bahwa layanan bimbingan konseling sulit dilaksanakan karena tidak ada jam wajib masuk kelas, sehingga guru Bimbingan tidak dapat melaksanakan layanan-layanan tersebut, khususnya layanan informasi atau orientasi.Pendapat di atas sudah harus dikubur. Banyak solusi yang dapat di tempuh. Diantaranya adalah berbicaralah pada pimpinan tentang program BK yang harus dilaksanakan sehingga BK perlu masuk kelas. Jika kepala sekolah juga tidak bisa memberikan waktu untuk masuk kelas, cari jalan lain dengan minta satu jam untuk satu bulan pada pelajaran yang tidak spesifik. (Misalnya Kesenian, Mulok atau olahraga). Atau Layanan dapat diberikan pada jam kosong yang dimana guru pembimbing tidak dalam keadaan sibuk.
Pengalaman yang pernah penulis lakukan adalah ketika kepala sekolah tidak bisa memberikan jam BK untuk masuk kelas, dengan inisitif sendiri, penulis memohon pada kepala sekolah untuk mengajar pelajaran MULOK. Kebetulan penulis juga punya pengalaman dan pengetahuan sedikit untuk memberikan mata pelajaran tersebut. Kepala sekolah menyetujui dan yang saya lakukan adalah pada jam pelajaran MULOK setiap satu bulan ada satu jam pelajaran yang saya ambil untuk memberikan layanan bimbingan konseling. Penulis tidak menyatakan ini adalah alternative yang baik. Tapi karena tanggung jawab dan ingin program BK berjalan dengan baik, maka hal ini penulis lakukan.

Dengan pelaksanaan bimbingan yang terstruktur dan terorganisir, maka orang akan menilai BK sangat penting dan berperan dalam proses pendidikan. Begitu juga dalam pelaksanaan UN. Siswa yang akan menghadapi Ujian memilki berbagai macam masalah. Baik itu masalah belajar, pribadi atau social. Bila hal ini tidak diketahui oleh guru pembimbing dan pendidik lainnya, maka akan mengganggu proses persiapan dan pelaksanaan UN yang dihadapi oleh siswa. Guru pembimbing yang aktif akan mengetahui dan memahami siswanya yang bermasalah. Siswa yang bermasalah dapat menemukan solusi pemecahan masalahnya melalui bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing.


Perkembangan siswa pada saat ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Pengaruh yang melekat pada lingkungan adalah perubahan gaya hidup warga masyarakat. Perubahan yang terjadi di masyarakat sulit diprediksi, karena sulit maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti penyimpangan perilaku. Penyimpangan prilaku yang dilakukan oleh siswa disekolah dapat menimbulkan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah dan akibatnya berpengaruh pada proses belajar mereka. Hal inilah yang menjadikan permasalahan dalam persiapan mereka menghadapi ujian. Kadang mereka sering tidak sekolah, tidak ikut ulangan, hingga ada yang tidak ikut ujian praktek dan mereka merasa tidak ada beban. Apakah ini bukan masalah ?, dan siapa yang berperan disini ?


Itulah yang membuat penulis prihatin terhadap siswa yang menghadapi UN atau Ujian sekolah. Mereka merasa tidak punya masalah. Tapi sebenarnya mereka punya masalah. Mereka akan menyadari itu semua setelah UN berakhir dan melihat hasil ujian mereka dengan nilai yang tidak memuaskan.


Kepada Guru pembimbing, PR kita masih ada, yaitu menenangkan mereka pada saat mereka membuka amplop kelulusan nanti. Ada yang menangis, ada yang termenung, ada yang bahagia dan ada yang mungkin berlari untuk coba bunuh diri.

Oleh sebab itu, tinggalkan kesibukan kita yang lain. Dampingi mereka saat itu. Jangan biarkan mereka larut dalam emosi mereka masing-masing. Hal ini kita lakukan agar tidak terjadi penyesalan…….

Jumat, 05 Maret 2010

MENGENAL GAYA BELAJAR

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.maka perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
Ciri-ciri orang yang telah melakukan perbuatan belajar secara sederhana adalah :
1. Orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu
2. Orang yang tadinya tidak bisa menjadi bisa
3. Orang yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti
Untuk dapat mencapai tiga ciri orang yang telah melakukan kegiatan belajar, masing-masing orang mempunyai gaya yang berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan dan seleranya. Ada tiga gaya belajar yang masing-masing memiliki ciri yang berbeda. Dengan memahami gaya belajar, maka Anda memiliki ciri yang berbeda. Dengan memahami gaya belajar, maka anda diharapkan dapat menentukan langkah-langkah untuk belajar lebih cepat dan mudah sesuai dengan kondisi masing-masing. Di bawah ini akan dijabarkan tiga gaya belajar tersebut, yaitu :
1. Gaya Belajar Visual
a. Rapi dan teratur
b. berbicara dengan cepat
c. perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
d. teliti dan mendetil
e. mementingkan penampilan dan tulisan
f. pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
g. mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
h. mengingat dengan asosiasi Verbal
i. biasanya tidak terganggu oleh keributan
j. mengalami kesulitan mengingat instruksi verbal
k. pembaca cepat dan tekun
l. mencoret-coret tanpa arti ketika menerima telepon atau selama mengikuti pelajaran
m. sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
n. menjawab pertanyaan dengan singkat
o. Lebih suka berdemonstrasi dari pada pidato
p. Lebih suka seni lukis, drama, tarian dan sejenisnya dari pada musik
q. Seringkali tahu apa yang harus dilakukan tetapi tidak pandai memilih kata-kata.
Saran bagi pembelajar Visual : (1) Gunakan pena dan kertas untuk membantu mengingat materi yang diterangkan guru. (2) buatlah sketsa berupa diagram atau gambar-gambar dari apa yang dipelajari, (3) Warnai teks yang penting saat membaca dengan stabilo berwarna cerah, dan (4) Gunakan imajinasi Visual pikiran saat mencermati materi.
2. Gaya Belajar Auditorial, ciri-cirinya adalah :
a. Sering berbicara dengan dirinya sendiri saat belajar.
b. Mudah terganggu oleh keributan
c. menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
d. senang mendengarkan dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
e. mampu mengulangi dan menirukan nada dan suara
f. kesulitan dalam menulis tetapi pandai bercerita
g. berbicara dengan irama yang terpola
h. biasanya merupakan pembicara fasih
i. Lebih suka musik dan belajar sambil mendengarkan musik.
j. belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
k. suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan susuatu dengan panjang lebar
l. Kesulitan dalam pekerjaan yang melibatkan Visualisasi
m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
n. lebih suka gurouan lisan dari pada cerita lucu dari komik
Saran bagi pembelajar Auditorial : (1) saat membaca materi suarakan materi tersebut dalam hati untuk mengingatnya, (2) gunakan kaset rekaman saat guru menerangkan di kelas agar dapat diputar kembali di rumah. (3) belajar bersama dengan cara berdiskusi atau tanya jawab. (4) saat belajar, luangkan waktu untuk melakukan diskusi internal tentang materi yang diberikan, dan (5) konsentrasikan saja pada penjelasan guru karena pembelajar ini cocok dengan metode ceramah.
3. Gaya Belajar Kinestetik Ciri-cirinya adalah :
a. Berbicara dengan perlahan
b. menanggapi perhatian pisik
c. menyentuh orang untuk menarik perhatian mereka
d. berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
e. berorientasi pada fisik dan senang bergerak
f. belajar melalui praktek
g. menghafal dengan cara berjalan dan melihat-lihat
h. menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
i. banyak menggunakan isyarat tubuh
j. tidak dapat duduk dalam waktu lama
k. menggunakan kata-kata yang mengandung arti
l. membaca dengan menyertakan gerakan fisik sesuai dengan isi cerita
m. kemungkinan tulisannya jelek
n. selalu ingin mempraktekkan segala sesuatu
o. suka permainan yang menyibukkan
Saran bagi pembelajar Kinestetik : (1) tempatkan diri di lingkungan yang lebih aktif, materi yang didiskusikan dengan disertai simulasi lebih mudah diserap dengan baik. (2) tandai materi yang penting dengan stabilo warna, (3) buatlah catatan peta yaitu catatan yang disertai gambar sehingga selama pembelajaran kegiatan kinestetik terus berlangsung, dan (4) pergerakkan atau praktekkan materi yang dipelajari.
Dari ketiga gaya belajar di atas, tentu salah satunya ada yang sesuai dengan gaya belajar Anda. Dan untuk mengetahui gaya belajar yang Anda punyai apakah anda telah melakukan hal-hal yang disarankannya ?......

Selasa, 02 Maret 2010

CARA MENGHINDARI DAN MENGENDALIKAN KONFLIK

Bergaul dengan teman-teman dapat menambah wawasan hidup. Kita senang melakukan kegiatan bersama-sama, bermain, bercengkerama, bersenda gurau, dan bentuk-bentuk permainan yang lainnya. Kalau kita sedang bermain bersama-sama suka muncul ide-ide untuk melakukan sesuatu. Biasanya ide itu datang dari pengalaman salah seorang atau keinginan bersama untuk mencoba melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukannya. Sumber ide bias berasal dari lingkungan sekitar atau dari keinginan menirukan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang menjadi idola kita.
Contohnya : di lingkungan sekitar tempat tinggal kita orang dewasa merokok sudah dianggap bukan pekerjaan yang menyimpang, karena selain harganya terjangkau, rokok dapat dibeli di warung atau tokoh dengan mudah dan tersedia di mana-mana di seluruh pelosok. Apabila diantara kelompok bermain anda ada salah seorang atau lebih yang sudah pernah mencoba maka ia berusaha mengajak teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. Bagaimanakah dengan kelompok bermain anda ?
Berikut ini beberapa contoh yang mengambarkan ajakan dan tekanan kelompok yang menyebabkan terjadinya konflik, yaitu :
1. Pada waktu pulang sekolah sambil menunggu angkot Sonny ditawari dan didesak untuk merokok oleh teman-temannya. Sonny menolak dengan alasan takut dimarahi oleh guru dan orang tuanya, dan teman-temannya mengejek, dijuluki banci, pengecut, tidak jantan, tidak solider, atau anak mami. Sonny merasa bingung, jika menolak ajakan teman-temannya ia akan dikucilkan, merasa tidak punya harga diri, serta ingin membuktikan bahwa kalau mau iapun bias berbuat seperti itu. Jika menuruti ajakan teman-temannya ia khawatir ketahuan guru sehingga bias dijatuhi sanksi oleh sekolah. Bagitu juga kalau ketahuan ayahnya, pasti akan marah dan tidak akan diberi uang jajan dan dianggap sebagai anak yang kurang baik.
2. Sartika bersama teman-temannya paling senang makan bakso. Pada hari ulang tahunnya Tika yang ke-17 orang tuanya tidak dapat menyelenggarakan pesta ulang tahun tersebut karena sedang tidak punya uang lebih. Tika diejek oleh teman-temannya karena dianggap kempungan, tidak gaul, tidak menghormati hari kelahirannya, tidak menghargai datangnya sweet seventeen. Karena malu dengan ejekan teman-temanya itu, akhirnya Tika ingin merayakan hari ulang tahunnya dengan mentraktir bakso. Untuk melaksanakan niatnya itu Tika menggunakan uang bayaran sekolah (SPP) tanpa sepengatahuan orang tuanya.